POPULER

Mendikbudristek Minta Kepala Daerah Mengangkat Guru Penggerak Menjadi Kepsek atau Pengawas

Yuk, Jalan-jalan di Kota Tomohon

Pejabat/ASN & Politik Praktis

Misteri Harta Karun di Danau Linouw

REPORTASE

Danau Linouw di Lahendong, Tomohon Selatan yang konon menyimpan harta karun.

TOMOHON, TAMBORMINAHASA - Nah, kisah-kisah misteri tentang Danau Linouw ini kerap dituturkan dari mulut ke mulut, mulai dari ada ‘penunggu’nya (sesuatu yang tak terlihat lebih ke mistis), legenda gunung berapi (yang membentuk danau itu), cerita harta karun, satwa (ikan) endemik dan kisah-kisah tuturan lainnya yang beredar di masyarakat setempat dan sekitar Kota Tomohon.

Danau Linouw oleh sebagian besar orang mengetahuinya berada di Kelurahan Lahendong, Kecamatan Tomohon Selatan, Kota Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). Padahal danau yang terkenal dengan air warna warni ini terbagi dua, yakni wilayah Lahendong dan Kelurahan Tondangow, Kecamatan Tomohon Selatan.

Nah, kisah-kisah misteri tentang Danau Linouw ini kerap dituturkan dari mulut ke mulut, mulai dari ada ‘penunggu’nya (sesuatu yang tak terlihat lebih ke mistis), legenda gunung berapi (yang membentuk danau itu), cerita harta karun, satwa (ikan) endemik dan kisah-kisah tuturan lainnya yang beredar di masyarakat setempat dan sekitar Kota Tomohon.

Kali ini, mengangkat kisah/misteri harta karun yang konon terpendam di dasar danau itu, berdasarkan tuturan salah satu Tokoh Masyarakat Kelurahan Lahendong, Laurens Mende.

Sejak dahulu jalan ini, Laurens berkisah, sudah merupakan jalur transportasi masyarakat Lahendong menuju ke Tondangow hingga Remboken (Kabupaten Minahasa). Dulu orang tua kami menggunakan jalan ini membawa hasil bumi, terutama gula merah/gula aren (gula batu, bahasa masyarakat setempat, red) ke Pasar Remboken.

“Di masa anak-anak, saya kerap ikut kakek dan orang tua saya dengan menggunakan roda kuda (roda fer, bahasa masyarakat Minahasa) berdagang ke Remboken. Gula merah yang dimuat di roda kuda itu banyak sekali,” kisahnya.

Suatu ketika, Laurens menuturkan, kakeknya, Wellem Mende yang menjadi Hukum Tua Lahendong pada tahun 1940-an (masa setelah Kemerdekaan RI), berkisah kepadanya tentang kedatangan orang-orang dengan menggunakan mobil dan membuang ‘barang-barang’ ke Danau Linouw.

“Tak diketahui, siapa yang membawa dan membuang ‘barang-barang’ itu. Apakah penjajah Jepang atau Belanda,” kata Laurens saat berbincang dengan publikreport.com, Selasa, 11 September 2018, sore, di kediamannya yang berada di salah satu puncak dekat Danau Linouw.

Sambil menyeruput kopi hitam dan memandang keindahan Danau Linouw dari teras rumahnya, Laurens melanjutkan, kisah harta karun di danau ini juga didengarnya ketika dirinya melakukan perjalanan keluar daerah.

“Saat saya masih ajudan Walikota Manado (Wempie Frederik),  saya sering mengawal beliau keluar daerah. Nah, di luar daerah, saya bertemu dan sering bercakap-cakap dengan banyak orang. Mereka bertanya kepada saya, apakah Danau Linouw itu jauh dari Manado? Saya tidak menyebut bahwa tinggal di seputaran Danau Linouw. Dan kemudian meluncur kalimat yang cukup mengagetkan saya dari bibir mereka, yakni di Danau Linouw terdapat harta karun. Itupun mereka dengar dari orang-orang tua mereka,” cerita Laurens yang kini berprofesi sebagai pengacara.

Kisah lain yang masih diingatnya, Laurens melanjutkan, adalah di masa tahun 1970-an, masa kepemimpinan Hukum Tua Lahendong, Manuel Mende.

“Tahun 1970-an sempat datang orang-orang Jepang. Mereka bermaksud menyewa seluruh pinggiran Danau Linouw. Mereka sempat menetap dengan menyewa salah satu rumah penduduk setempat. Tapi mungkin rencana mereka itu gagal,” kata Laurens seraya menyelipkan sebatang rokok ke bibirnya, sambil membayangkan dirinya kendati masih remaja bergaul dengan para orang Jepang itu. “Saya dan teman-teman sebanya saya ketika itu sering dibawakan ole-oleh oleh mereka (orang Jepang) itu,” sambungnya.

Dikejauhan nampak asap putih membumbung ke angkasa. Itulah sumber panas bumi di Kelurahan Pangolombian yang dimanfaatkan PT Pertamina Geothermal Energi (PGE) Area Lahendong. Matahari makin condong ke barat, Danau Linouw dengan fasilitas wisata yang dibangun swasta maupun pemerintah mulai sepi. Kendaraan-kendaraan bermotor dengan menyalakan lampu, menaiki tanjakan dan turun ke Kelurahan Lahendong, pulang ke tempat masing-masing.

Perbincangan saya dengan Laurens ditemani kopi hitam dan pisang goroho goreng terus berlanjut.

“Konon harta karun di Danau Linouw ini hanya bisa dilihat oleh orang-orang tertentu,” katanya.

Menyentil apakah selama tinggal di salah satu puncak pinggiran Danau Linouw, Laurens pernah melihat aktivitas upaya pencarian harta karun di danau itu?

“Belum pernah,” jawabnya.

Namun, Laurens melanjutkan, pernah suatu ketika, sahabatnya dari daerah Bolmong (Bolaang Mongondow) datang dengan maksud menyelam di Danau Linouw.

“Peralatan lengkap sudah dibawanya. Tapi untuk menyelam batal. Alasan mereka penglihatan di dalam danau itu kabur. Tidak seperti danau-danau lainnya atau di laut,” jelasnya.

Danau Linouw memang penuh misteri. Danau indah yang kini menjadi destinasi wisata andalan Pemerintah Kota Tomohon ini hanya terdapat dua sungai, yakni Sungai Pangolombian sebagai aliran air masuk dan Sungai Ranoraindang di antara Lahendong dan Desa Leilem (Kabupaten Minahasa) sebagai aliran air keluar.

“Konon, danau ini dulunya adalah sebuah gunung berapi dan sekitarnya bermukim sekelompok masyarakat. Gunung itu meletus membentuk Danau Linouw dan ada kelompok masyarakat yang ke Rambunan dan Sawangan (Kecamatan Sonder, Kabupaten Minahasa). Itulah mengapa mereka (masyarakat Rambunan dan Sawangan) berbahasa Tombulu,” tambah Laurens.

Gelap perlahan-lahan menyelimuti Perkebunan Lahendong. Nun jauh di seberang danau itu, yakni sawah-sawah yang membentang dan perkebunan maupun pepohonan di Perkebunan Lauz mulai samar hingga tak terlihat lagi. Hitam pekat membentang di depan mata. Saya pun bersiap pamit kepada tuan rumah untuk pulang.

Berita ini telah tayang di: https://publikreport.com/blog/2018/09/12/misteri-harta-karun-di-danau-linouw/

Komentar

Populer

Mendikbudristek Minta Kepala Daerah Mengangkat Guru Penggerak Menjadi Kepsek atau Pengawas

Yuk, Jalan-jalan di Kota Tomohon

Pejabat/ASN & Politik Praktis

Gubernur dan Wakil Gubernur Sulut dari Masa ke Masa

Mari Pesiar ke Tomohon

Kisah Kit Sang, DPRD Tingkat III di Tomohon

Setiap Pemilu Mereka Mengatasnamakan Rakyat